bingkisan dari sang pemilik kehidupan

Sabtu, 12 Maret 2011

PEMBELAJARAN KECAKAPAN EMOSI “PROBLEM SOLVING” AWAL MASA ANAK DENGAN FILM KARTUN “DORA THE EXPLORER”

PEMBELAJARAN KECAKAPAN EMOSI “PROBLEM SOLVING” AWAL MASA ANAK DENGAN FILM KARTUN “DORA THE EXPLORER”
Gesha Rahmalia
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Fenomena pengaruh program televisi (TV) kartun semakin semarak tetapi jika anak – anak menonton program TV kartun yang tepat dan tidak berlebihan maka akan menimbulkan pembelajaran yang positif. Pembelajaran yang terkandung memang tersirat dan bermacam – macam, seperti pembelajaran kecerdasan emosional. Tokoh atau karakter, alur cerita dan hal yang terkandung dalam kartun memberikan pembelajaran kecerdasan emosional secara tidak langsung. Film kartun yang memiliki edukasi yang baik untuk anak – anak salah satunya, yaitu “Dora The Explorer”. Dalam kartun Dora, menunjukan petualangan menarik untuk memecahkan masalah yang ada, membantu sesama dan melakukan keterampilan – keterampilan lain. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak dalam masa perkembangannya khususnya pada awal masa anak. Kecerdasan emosi yang dimiliki anak akan menjadi suatu kecakapan emosi. Kecakapan emosi merupakan interpretasi dari kecerdasan emosi. Salah satu sikap yang merupakan contoh anak memiliki kecakapan emosi tinggi, yaitu memiliki keterampilan problem solving (penyelesaian/pemecahan masalah). Pembelajaran problem solving sejak dini merupakan hal yang penting agar sang anak dapat menyelesaikan permasalahan dalam tugas perkembangannya dengan baik. Dengan kartun edukasi yang berjudul “Dora The Explorer”, anak dapat belajar kecakapan emosi khususnya keterampilan problem solving untuk bekal mereka dalam menuntaskan tugas perkembangan pada awal masa anak.
Kata kunci : Pembelajaran, kecerdasan, kecerdasan emosional, kecakapan, kecakapan emosi, problem solving, awal masa anak, kartun “Dora The Explorer”


Pendahuluan
Fenomena pengaruh televisi terhadap anak semakin semarak. Banyak program televisi khususnya kartun, yang kurang baik untuk ditonton oleh anak – anak dan kurang ada pengawasan orang tua. Terdapat beberapa fakta tentang permainan anak – anak yang menyebabkan kematian misalnya seorang anak bermain perang – perangan dengan temannya menirukan laga dari karakter jagoan yang ada dalam film kartun favoritnya dan menyebabkan kematian temannya.
Bermacam – macam film kartun tersebar pada stasion TV swasta. Film kartun memang merupakan produk program TV yang paling disukai anak - anak walaupun tidak menutup kemungkinan film kartun tidak memiliki batas usia penggemarnya. Film kartun khusus untuk anak – anak seharusnya bersifat edukatif agar dapat menjadi pembelajaran yang baik untuk perkembangan anak. Sudah ada beberapa film kartun anak yang ditayangkan dan bersifat edukatif seperti kartun “Dora The Explorer” tontonan yang dikhususkan untuk awal masa anak.

Film kartun petualangan edukatif dapat berpengaruh positif pada kecerdasan emosional anak jika ditonton dengan intensitas sedang (cukup) dan tidak terlalu sering. Terjadi pembelajaran secara tidak langsung maupun langsung dari film kartun yang ditonton anak. Pembelajaran ini khususnya dalam hal emosional yang disajikan oleh kartun seharusnya dapat sesuai dan positif.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Daniel Goleman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima komponen penting, yaitu mengenali emosi, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Mengenali emosi diri – kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat dan menggunakan untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

Mengelola emosi, yaitu menengani emosi sendiri agar berdamapak positif bagi pelaksana tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmaan sebelum tercapainya suatu tujuan, serta mampu menetralisir tekanan emosi.
Motivasi diri, yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

Mengenali emosi orang lain – empati, yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oarang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat.
Membina hubungan, yaitu kemampuan megendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang alin, cermat mmebaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia.

Sejumlah penelitian terbaru mengenai otak manusia semakin mempekuat keyakinan bahwa emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menetukan keberhasilan belajar anak. Penelitian LeDoux misalnya menunjukan betapa pentingnya integrasi anatara emosi dan akal dalam kegiatan belajar. Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak akan berkurang dari yang dibutuhkan untuk menyimpan pelajaran dalam memori. Hal ini karena pesan-pesan dari indera-indera kita – yaitu dari mata dan telinga – terlebih dahulu tercatat pada struktur otak yang paling terlibat dalam memori emosi – yaitu amigdala – sebelum masuk ke dalam neokorteks. Perangsang amigdala agaknya lebih kuat mematrikan kejadian dengan perangsang emosional dalam memori. Semakin kuat rangsangan amigdala, semakin kuat pula pematrian dalam memori (Desmita, 2005).
Hal ini mengakibatkan pembelajaran kecerdasan emosi sangat penting dilakukan. Tanpa disadari pembelajaran kecerdasan emosi secara tidak langsung terutama dilakukan oleh TV yang menjadi media yang digemari anak – anak. Kecerdasan emosional yang terbentuk akan menjadi keterampilan khusus yang dinamakan kecakapan emosi. Kecakapan emosi merupakan interpretasi dari kecerdasan emosional. Emosi memegang peranan penting dalam kesuksesan hubungan anak dengan teman sebaya. Pengaturan emosi adalah aspek penting dalam berhubungan dengan teman sebaya. (Santrock, 2007)

Pembelajaran Awal Masa Anak
Individu merupakan suatu kesatuan antara jasmaniah - ruhaniah dan tidak dapat dipisahkan. Dalam tiap fase individu memiliki kategori tersendiri. Pada fase awal individu mengelami masa pranatal, masa bayi dan masa kanak-kanak. Pada masa kanak – kanak terbagi lagi menjadi tiga fase masa anak, yaitu awal masa anak, masa tengah dan akhir masa anak. Pada awal masa kanak - kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari suatu keterampilan tertentu. Alasannya, anak lebih senang mengulang-ulang suatu aktivitas, anak-anak masih memiliki sifat pemberani yang lebih besar, anak akan lebih mudah dan cepat belajar karena tubuhnya masih sangat lentur dan keterampilan yang dimiliki masih sedikit sehingga keterampilan yang baru tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada. Untuk itu pembelajaran keterampilan perlu dilakukan kepada anak.

Pembelajaran merupakan proses belajar individu dalam setiap fase tugas perkembangannya. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari setiap latihan dan usaha pada pihak individu. Oleh karena itu, pembelajaran merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan individu. Ini berarti setiap individu mengalami proses belajar untuk mencapai kematangan dalam perkembangannya.

Kecerdasan dan Kecakapan Emosi
Untuk menjadi individu yang memilki kecerdasan tinggi pun perlu belajar dan dilatih. Sama hal-nya dengan bakat, kecerdasan merupakan bawaan sejak lahir tetapi bukan hanya faktor itu saja yang menentukan kecerdasan seseorang. Ada faktor pendukung lain yang dapat mempengaruhi kecerdasan individu, yaitu faktor lingkungan, stabilitas intelegensi, faktor kematangan, faktor pembentukan, minat - pembawaan yang khas, dan kebebasan. Jadi, kecerdasan individu tidak hanya ditentukan dari satu faktor tetapi pada keseluruhan faktor karena kecerdasan merupakan faktor total. Kecerdasan adalah pemahaman dan kesadaran individu terhadap apa yang dialaminya dan di dalam pikirannya, pengalaman ini diubah menjadi kata -kata atau angka.

Menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual melainkan juga oleh kecerdasan emosi. Istilah kecerdasan emosional dipopulerkan oleh Daniel Goleman berdasarkan hasil penelitian para neurolog bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. Berdasarkan hal tersebut Goleman menyimpulkan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran emosional digerakan oleh emosi. Menurut Goleman otak memiliki bagian rasional dan emosional yang saling bergantung. Kecerdasan emosi menyangkut angka kapasitas mental yang didasari kepekaan emosi, penyadaran, dan kemampuan mengatur emosi.
Kecerdasan emosional anak diamati dari perilaku mereka dalam mengendalikan marah, mengekspresikan kegembiraan, menyelesaikan pekerjaan dan empati kepada teman lain yang terkena musibah, serta kepopuleran mereka. Jika anak yang sudah dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosi maka dengan otomatis anak tersebut akan cakap dalam mengelola emosinya. Kecakapan (skill) merupakan suatu keterampilan yang harus selalu dilatih dan membutuhkan pembelajaran untuk mendalami bidang tertentu. Kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan, seperti daya pikir, daya serap dan emosi. Kecakapan emosi merupakan keterampilan individu dalam mengelola emosinya dan interpretasi dari kecerdasan emosi yang ia miliki. Semakin anak mengenal jenis-jenis perasaan maka semakin besar potensi kecakapan emosinya. Salah satu ciri - ciri anak yang memiliki kecakapan emosi tinggi, yaitu aktif berfantasi dan kreatif dalam memecahkan/menyelesaikan masalah (problem solving).

Problem Solving
Masalah merupakan satu hal yang harus dihadapi individu agar dapat menyelesaikan tugas perkembangan pada setiap fase perkembangannya, mulai dari masa konsepsi hingga akhir hayat. Masalah dihadapi dengan cara-cara yang bersifat personal. Masalah juga ada dalam kehidupan anak. Oleh karena itu hendaknya orang tua sejak dini telah memberikan pendidikan problem solving terhadap anaknya sehingga nantinya sang anak lebih mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang lebih beraneka ragam dengan baik. Kemampuan memecahkan masalah adalah bagian dari proses perkembangan seorang anak dalam hidupnya. Problem solving merupakan cara dan upaya individu untuk menyelesaikan masalahnya. Untuk dapat menyelesaikan masalah dengan baik, anak harus diberikan keterampilan problem solving. Bagaimana seorang anak menganggap suatu masalah, apa yang seharusnya dilakukan, sikap apa yang seharusnya ditunjukan, solusi apa yang seharusnya diambil, bagaimana seharusnya menunjukan suatu gejolak emosi, dan bagaimana membuat energi negatif menjadi suatu energi positif. Pemahaman anak tentang problem solving seharusnya dilakukan sejak dini karena anak memerlukan keterampilan untuk menyelesaikan masalahnya dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Cara setiap anak melakukan penyelesaian masalahnya memang berbeda-beda, hal ini karena setiap anak memiliki intelegen atau kecerdasan dan kreatifitas berbeda – beda sehingga para orang tua tidak perlu untuk memaksakan anak untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara anak lain lakukan. Semakin unik dan orisinil cara yang digunakan anak untuk melakukan keterampilan problem solving-nya maka semakin cerdas dan kreatif pula anak tersebut.

Film Kartun “Dora The Explorer”
Film kartun yang ditayangkan pada layar TV merupakan program yang khusus didesain untuk anak-anak. TV bagi anak adalah sesuatu yang menyenangkan, merupakan teman bermain ketika anak merasa kesepian dan salah satu motif mereka menonton TV adalah mempelajari sesuatu. Film kartun juga menyajikan keterampilan-keterampilan emosional dan sosial yang merupakan parameter kecerdasan emosional. Lakon-lakon emosional dan sosial yang dimainkan oleh tokoh-tokoh film kartun walaupun berupa realitas semu (tidak nyata), akan terekam dalam gudang emosi anak dan melalui suatu proses belajar, hal itu akan menjadi acuan jika anak berhadapan dengan situasi yang relevan.

Metode pembelajaran problem solving yang ditujukan kepada anak sangat beragam. Salah satunya pembelajaran ini terkandung pada kartun edukasi khusus anak-anak. Film kartun “Dora The Explorer” salah satunya, yang merupakan serial animasi dibuat oleh Chris Gifford, Valerie Walsh, Eric Weiner dan berada di dalam rumah produksi Nickelodeon.

Dora tokoh utama serial ini, adalah seorang gadis kecil yang baik hati dan senang menjelajah. Ia selalu ditemani oleh Boots, seekor monyet. Mereka berdua menjelajah untuk membantu seorang teman atau mencari sesuatu yang mereka butuhkan. Arah penjelajahan mereka biasanya dibimbing oleh peta yang saat tidak digunakan tersimpan dalam ransel milik Dora. Selain peta, di dalam ransel Dora juga terdapat berbagai benda yang dibutuhkan dalam penjelajahan mereka. Sepanjang perjalanan mereka akan dibantu oleh beberapa teman yang akan membantu, seperti keluarga dan saudara Dora, juga binatang-binatang, tumbuhan, atau benda yang bisa berbicara lainnya. Satu-satunya yang sering menghambat perjalanan mereka adalah Swiper, seekor musang. Ia suka mencuri barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan.
Dalam penjelajahannya, Dora banyak mengajak penonton untuk "turut" membantunya, seperti mengajak anak-anak yang menjadi penontonnya untuk menjawab pertanyaan Dora, membantu menghitung, memilih jalan atau benda yang mereka butuhkan dari beberapa alternatif pilihan, mencari benda yang tersembunyi, atau memperingatkan bila Swiper mendekat. Keterlibatan berlanjut dengan munculnya anak panah menyerupai penunjuk tetikus dalam komputer, sehingga penonton seolah bisa melakukan pilihan atau menunjuk sesuatu.Di akhir perjalanan, ketika tujuan mereka sudah tercapai, Dora biasanya merayakan keberhasilannya dengan menyanyikan lagu keberhasilan. Dora pun akan menanyakan pada penonton bagian mana dari perjalanannya yang paling disukai.

Pembelajaran problem solving anak dengan kartun Dora The Explorer
Dari penggambaran tentang film kartun Dora diatas, terlihat pembelajaran untuk anak agar dapat bersahabat dengan hewan, yaitu sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan dan tidak menyakitinya. Anak - anak diberi contoh untuk saling membantu orang yang sedang kesusahan. Anak – anak juga diajak berpetualang bersama Dora. Menyiapkan barang - barang untuk berpetualang, membaca peta dan dalam kartun Dora sering terselipkan kata - kata dalam bahasa Inggris untuk belajar contohnya “well done” ketika Dora berhasil melakukan sesuatu.

Pembelajaran yang terkandung dalam kartun Dora beraneka ragam, mulai dari belajar bahasa Inggris, bagaimana cara bersikap terhadap sesama makhluk Tuhan, membantu sesama yang sedang kesulitan, melarang hal yang tidak baik misalnya mencuri, mengapresiasikan keceriaan agar tidak terlalu berlebihan dan sesuai pada tempat atau situasinya, mengajarkan agar tidak putus asa dalam menghadapi masalah, mengajarkan anak agar tetap tenang dan berani dalam setiap situasi, belajar untuk mengambil keputusan, belajar mengenal macam – macam perasaan, belajar berempati, belajar untuk mengenal pilihan alternatif, dan belajar untuk mengingat kembali hal yang berkesan. Dengan problem solving yang ditunjukan dalam setiap permasalahan yang menghadang dalam kartun Dora maka anak - anak akan belajar untuk mengelola emosi dengan baik dalam menyelesaikan masalah dan lambat laun akan membentuk suatu kecerdasan emosi yang lebih profesional.

Pada dasarnya anak-anak lebih senang untuk melakukan apa yang dilihat dan didengar. Anak-anak memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang diamati di sekitarnya (patut diingat, perubahan-perubahan mental paling besar terjadi pada masa kanak-kanak, yaitu pada saat otak mengalami pertumbuhan pesat). Metode audio visual ini memperlihatkan sikap yang harus ditiru anak tanpa dengan cara menasehati mereka karena anak-anak sering lupa dengan apa yang diperintahkan orang dewasa terhadap dirinya. Hanya dengan audio semata atau semacam ceramah/nasehat, mereka akan segera lupa jika mereka tidak melihat contoh suatu sikap yang sesuai dengan isi ceramah/nasehat tersebut sedangkan jika mereka melihat contoh suatu sikap secara berulang maka besar kemungkinan mereka akan mencontoh sikap tersebut.

Menurut teori belajar sosial (Social Learning Theory) yang dikemukan Albert Bandura, yaitu seseorang belajar bukan saja dari pengalaman langsung, melainkan juga dari peniruan dan peneladanan. Pembelajaran terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan (response) dan mengalami efek-efek yang timbul. Proses belajar ini diperkuat oleh peneguhan (reinforcement) dimana tanggapan akan diulangi (retention) jika seseorang mendapat ganjaran (reward) dan dihentikan jika yang diperoleh hukuman (punishment) atau jika tanggapan tidak membawa ke tujuan yang dikehendaki.
Selain teori belajar sosial, keterkaitan antara menonton film kartun dengan kecerdasan emosional anak dapat pula dianalisa dengan teori S-O-R (stimulus – organism – response). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan dalam proses komunikasi massa adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga dapat diperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Tayangan film (termasuk film kartun) merupakan stimulus khusus, individu anak merupakan organism dan sikap anak terhadap tayangan film yang ditontonnya merupakan bentuk response. Kecakapan emosional dan sosial anak adalah kelanjutan dari response anak terhadap tayangan film kartun yang ditontonnya.

Jadi, keterampilan problem solving dari kecakapan emosi yang merupakan interpretasi dari kecerdasan emosional dapat anak pelajari dari salah satu kartun edukasi anak yang berjudul “Dora The Explorer”. Pembelajaran ini tersampaikan pada anak melalui pembelajaran sosial, metode audio visual dan sistem S-O-R (stimulus – organism – response). Pembelajaran tentang problem solving ini dilatih sejak dini agar anak dapat mengatasi masalah dalam tugas perkembangannya dengan baik.

Solusi yang tepat untuk masalah ini adalah dengan cara orang tua mengawasi anak menonton kartun edukasi yang tepat, kartun yang ditonton harus sesuai dengan perkembangannya atau masa perkembangannya, contohnya kartun “Dora The Explorer” untuk anak – anak yang berada pada awal masa anak. Orang tua pun seharusnya menjadwalkan anak dalam sehari menonton kartun hanya dalam intensitas sedang atau cukup yang tidak lebih dari 30 menit setiap kali menonton film kartun karena menurut penelitian bahwa anak yang menonton kartun dalam intensitas sedang dapat mengusai keterampilan problem solving lebih baik daripada anak yang menonton dalam intensitas rendah dan intensitas tinggi. Keterampilan problem solving yang ditunjukan pun lebih tanggap, cepat, unik, dan kreatif dibandingkan dengan teman sebaya-nya.

Kesimpulan
Pembelajaran kecerdasan emosional anak yang akan menimbulkan kecakapan emosi anak dalam keterampilan problem solving akan berdampak positif jika kartun yang dipilih sesuai dengan usianya dan ditonton dengan intensitas cukup atau sedang. Jadi, pembelajaran pada kartun “Dora The Explorer” dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran problem solving yang efektif bagi anak khususnya pada awal masa anak agar anak dapat mengatasi tugas perkembangannya dengan baik.

Daftar Pustaka
Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Abdullah, Asmar. (2009). “Film Kartun dan Kecerdasan Anak”. [Online] Tersedia di : http://rumahsejutaide.wordpress.com [3 Desember 2010]
Adminwikipedia. (2004). “Dora The Explorer”. [Online] Tersedia di : http://id.wikipedia.org [3 Desember 2010]
Rachman, Eileen. (2005). Mengoptimalkan Kecerdasan Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
SEJARAH TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA RANAH PENDIDIKAN FORMAL

A. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi (2006), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Era globalisasi mendorong perkembangan TI dalam berbagai kehidupan, seperti dalam konteks Bimbingan dan Konseling (BK). Perkembangan TI memiliki konsep borderless, yaitu tidak ada jarak antara dunia atau tidak ada batasan.
TIK mencangkup dua aspek pengertian, yaitu:
1. Teknologi Informasi (TI) adalah segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2. Teknologi Komunikasi (TK) adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya.

B. Sejarah Perkembangan TIK
Menurut Budi Raharjo (2000:1), NFSNET merupakan internet yang muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam lingkungan akademis dan dengan munculnya NFSNET, internet pada lingkungan akademis semakin berkembang. Di Indonesia, TI berkembang pada dunia pendidikan dimunculkan pertama kali oleh Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Menurut Abdul Kadir (2004:24) bahwa awal mulanya TI masuk dalam dunia pendidikan di Indonesia dan media yang digunakan pada sistem pengajaran, yaitu berbasis multimedia yang mencangkup teks, gambar, suara, dan video. Media tersebut dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton dan mudah tersampaikan kepada peserta didik. Pada tahun 2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memasukan mata pelajaran TIK dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan TIK dalam konteks pendidikan sudah mulai didukung oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Serangkaian Revolusi Belajar dalam Teknologi Pembelajaran, antara lain:
1. Revolusi I (pertama)
Pada revolusi ini, pembelajaran yang dilakukan hanya bermaksud untuk menitipkan anak kepada guru ketika orang tua sedang sibuk untuk bekerja.
2. Revolusi II (ke-dua)
Pada revolusi ini, tulisan yang merupakan simbol dari suatu makna tertentu dimasukan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan sudah untuk mengajarkan anak mengenai tulisan dan diajarkan menulis.
3. Revolusi III (ke-tiga)
Pada revolusi ini, pembelajaran dilakukan sudah menggunakan buku cetak untuk proses pembelajaran, yaitu dikenal dengan teknologi cetak dan sudah terdapat buku-buku inpress. Jadi, seorang guru tidak selalu membacakan atau mendiktekan tentang pelajaran yang akan diajarkan kepada anak.
4. Revolusi IV (ke-empat)
Pada revolusi ini, lebih terkenal dengan teknologi elektronik. Dalam revolusi ini terjadi perubahan teknologi pembelajaran yang sangat pesat dan maju dibandingkan dengan revolusi yang lainnya. Pembelajaran yang dilakukan sudah berbasis Information and Communication Technology (ICT). Pada revolusi ini merubah hampir seluruh tatanan kehidupan manusia.
Perkembangan TIK dalam dunia pendidikan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Perkembangan Infarastruktur TIK Di Indonesia
Program TIK yang dilaksanakan oleh Depdiknas dimulai pada tahun 1999 melalui:
a. Jaringan Internet (Jarnet)
b. Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
c. Wide Area Network (WAN)
d. Informasi And Communication Technology Center (ICT Center)
e. Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
f. South East Asia Education Network (SEA EduNet)

2. Perkembangan TIK dalam Pembelajaran di sekolah
Menurut Rosenberg (2001) mengenai perkembangan TIK dalam proses pembelajaran, dapat disampaikan bahwa dengan berkembangnya pengunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Dari pelatihan ke penampilan
b. Dari ruang kelas menuju kepada dimana dan kapan saja (belajar yang tidak terbatas oleh waktu dan tempat)
c. Dari kertas menuju online atau saluran
d. Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja (network)
e. Dari waktu siklus ke waktu nyata (real-time)

C. Dampak dari Perkembangan TIK
Perkembangan TIK mengubah peranan guru dan siswa. Dahulu guru berperan lebih sebagai figur yang merupakan satu-satunya sumber ilmu di dalam kelas, dengan berkembangnya TIK maka siswa pun juga dapat menjadi sosok yang lebih berwawasan luas. Untuk lebih jelas antara perbedaan peranan guru dan siswa sebelum dan setelah adanya TIK, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.
Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
Peran guru Menyampaian fakta, sebagai ahli Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai ahli
Penekanan pengajaran Mengingat fakta Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara kuantitas Tranformasi fakat-fakta
Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Portofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi

Pada era berkembang pesatnya teknologi, hal yang paling mutakhir, yaitu berkembangnya “cyber teaching” atau pengajaran maya. Cyber Teaching merupakan proses pengajaran atau pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang semakin populer saat ini ialah e-learning, yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khusunya internet.
Menurut Rosenberg (2001:28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu:
1. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi materi ajar atau informasi
2. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar
3. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas dibalik paradigma pembelajaran tradisional

D. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam konteks Bimbingan Konseling
ICN (Internasional Counselor Network), yaitu jejaring yang memungkinkan para konselor di seluruh dunia dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya dan berdiri pada tahun 1993. Tokoh konselor sekolah Ellen Rust (1995) berpengaruh terhadap penggunaan internet di sekolah. Inisiasi dan kretifitasnya membawa para konselor untuk bersama dan mengurangi kesenjangan antara yang satu dengan yang lain. Para konselor dapat melakukan konseling secara online, yang tidak dibatasi oleh ruang, tempat, dan waktu, dengan begitu para siswa, orang tua maupun guru bisa mendapatkan bantuan konselor.

Bentuk perencanaan pengembangan BK, baik di Sekolah Dasar sampai Sekolah Tinggi:
1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara kepala sekolah, guru, komite sekolah
2. Pembentukan komite teknologi yang mandiri
3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dari jaringan yang sudah dimiliki
4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.
5. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan stafnya
6. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi
Pengaruh TIK terhadap BK :
1. Kemajuan TIK merupakan tantangan dalam semua aspek kehidupan
2. Inovasi TIK berpengaruh terhadap konselor dalam semua tingkatan prakteknya
3. Pada tahun 1980-an perangkat komputer telah masuk dunia persekolahan
4. Banyak orang-orang persekolahan, tidak terkecuali konselor, berharap besar dengan penggunaan TI(K) dapat membantu memanajemen data siswa, merencanakan program-program pelayanan, dan pembuatan jadwal pelayanan di kelas, sehingga memberi kebebasan ruang, tempat, dan waktu pelayanan efektif dan efisien kepada para siswa
Manajemen informasi dan pengolahan data terdapat pada bagan di bawah ini:




Owen tahun 1999 melakukan penilitian terhadap konselor di SD, SMP , dan SMA
1. Hampir 98% konselor telah memanfaatkan bantuan seperti komputer dalam pekerjaan mereka
2. Konselor SMP dan SMA lebih signifikan menggunakan komouter dari pada konselor SD
3. Tujuan untuk mengifisienkan waktu dalam mengolah kata, menyimpan catatan, dan menjdwalkan semua yang berhubungan dengan pelayanan BK
4. Implikasi: perlu berbagai pelatihan bagi konselor sekolah agar konselor lebih profesional

SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI

1. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia
Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat bersamaan dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan Komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan Teknologi Informasi, seperti sistem komunikasi dengan alat komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif). Penggunaan internet di Indonesia pun sudah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang dikenal dengan teknologi berbasis internet (internet based technology).

Dimulai dengan peluncuran Satelit Palapa pada 9 Juli 1976 yang memudahkan arus komunikasi dan teknologi. Setelah itu dilanjutkan dengan perkembangan jaringan sellular, yaitu GSM pertama di Indonesia, yakni sebuah komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua. Walaupun demikian menurut mentri riset dan tekhnologi, Hatta Rajasa Indonesia masih berada pada urutan 61 dari 64 negara dalam konteks achievement technology.

Pada sejarah perkembangan teknologi di Indonesia terutama pengenalan awal yang terjadi sekitar tahun 1970 - 1972-an melibatkan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia(UI). UI termaksud salah satu perguruan tinggi yang menjadi pelopor pengenalan teknologi. Dibawah ini ada beberapa peristiwa penting yang tercatat sebagai perkembangan teknologi di Indonesia :
Tabel Sejarah teknologi informasi di Indonesia

Tahun Peristiwa Penting
1972 s/d 1975 - PUSILKOM UI mulai melakukan kegiatan operasional
komputasi di lingkungan kampus UI.
- UI mengirimkan 2 (dua) orang staf PUSILKOM ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi tentang ilmu komputer.
1975 s/d 1986 - UI kembali mengirimkan 4 (empat) orang staf PUSILKOM ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi tentang ilmu komputer.
1984 Beberapa jaringan teknologi informasi di Indonesia mulai terhubung ke internet melalui jaringan UI-net. Jaringan internet Indonesia pada saat itu berjalan di atas protokol UUC, sedangkan umumnya menggunakan TCP/IP. Domain .id sudah muncul dan diakui pada tahun ini.
1986-an - Terbentuknya jaringan yang menghubungkan kampus- kampus besar Indonesia, mulai UI, ITB, UGM, ITS, UNHAS, Universitas Terbuka dan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdikbud. Jaringan besar ini disebut UNINET. Jaringan yang dibuat dengan bantuan dari luar negeri ini menggunakan infratruktur jaringan telepon kabel konvensional, SKDP milik PT Indosat, serta SKDP via satelit(pac k s atne t). Ada 4 buah server yang dibuat dan ditempatkan di lokasi ITB, UI, UGM, dan ITS.
- UI membuka program studi ilmu komputer pertama untuk jenjang S-1.
- Adanya kegiatan Amatir Radio club (ARC) ITB yang membangun jaringan internet dengan menggunakan komputer Apple II dihubungkan dengan jaringan komunikasi memakai link radio amatir untuk mengoperasikan internet.
1988 Program studi ilmu komputer untuk jenjang S-2 dibuka di UI.
1988 s/d 1989 UI dipilih menjadigate way internet pertama di Indonesia, sekaligus sebagai koordinator pendaftaran domain .id internet protokol berbasis UUC.
1990-an Mulai dikembangkannya jaringan komputer dengan menggunakan teknologi packet radio pada band 70 cm dan 2 m secara luas.
1986 s/d 1993 PUSILKOM UI ditunjuk oleh Depdikbud sebagai salah satu
Pusat Antar universitas (PAU) dalam bidang ilmu komputer.
1993 - Fakultas Ilmu Komputer (FASILKOM) UI diresmikan
oleh Mendikbud.
- Indonesia secara resmi terhubung dengan internet mengguankan protocol TCP/IP dan domain .id mulai diakui keberadaanya di internet tepatnya pada tanggal 4 Maret 1993.
- IPTEKNET menjadi situs pertama yang resmi terhubung dengan internet
1994 Munculnya Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia yaitu indonet (www.indo.net.id)
1995 - PT Telkom melalui divisi riset dan teknologi memberikan sambungan leased line 14,4 Kbps sebagai bagian dari IPTEKNET.
- Departemen Pekerjaan Umum tercatat sebagai instansi departemen pemerintah Indonesia yang pertama kali on line (www.pu.go.id)

1996 - ITB terhubung ke jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3). Bandwidth internet pun di tambah sampai 1,5 Mbps ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet dan IIX 2 Mbps.
- bTerbentuknya APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang memfasilitasi munculnya banyak ISP.
- Munculnya layanan internet dial up dengan akses 33,6 Kbps.
1997 Layanan internet dial up mengalami kenaikan dari 33,6 Kbps
menjadi rata-rata 56 Kbps.
1998
Pemerintah daerah mulai masuk ke internet. Pemda pertama yang melakukan koneksi ke internet adalah Pemerintah Daerah Samarinda (www.samarinda.go.id).
1999
- Dikeluarkannya UU tentang telekomunikasi no. 36/1999.
- Inisiatif gerakan berbasis teknologi informasi mulai mencapai puncaknya.
- Perusahaan dotcom dan media-media yang memiliki segmen pendidikan teknologi informasi bermunculan di Indonesia.
- Kegiatan promosi, pameran, seminar, dan konferensi internasional teknologi informasi di selenggarakan secara beruntun.
2002
Secara resmi pemerintah Indonesia meluncurkan portal nasional pada tanggal 20 Mei 2002 dengan alamat www.indonesia.go.id.

2. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dalam Konteks Pendidikan
Pada tahun 1999 Depdiknas mulai merancang program untuk pembelajaran berbasis teknologi informasi. Program TIK di Depdiknas dimulai melalui program:
a. Jaringan Internet (Jarnet)  tahun 2000
b. Jaringan Informasi Sekolah (JIS)  tahun 2001-2002
c. Wide Area Network Kota (WAN Kota)  tahun 2002-2003
d. Information and Communication Technology Center (ICT Center) tahun 2004-2006
e. Indonesia Higher Education Network (Inherent) tahun 2006-2007
f. Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) tahun 2006-2008
g.South East Asian Education Network (SEA EduNet) tahun 2008
Pada tanggal 30 Juni 2004 diadakan DEKLARASI BERSAMA Indonesia, Go Open Source (IGOS). Dideklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software (OSS) yang ditandatangani oleh Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan Nasional.

Pada tahun 2005 diadakan konferensi TIK untuk Indonesia. Konferensi ini merupakan forum pertemuan para peneliti, industri, pengembang, otoritas, pemerintah, analis dan lainnya yang terkait dengan TIK untuk mendiskusikan hasil-hasil penelitian, pengembangan maupun usulan yang berkaitan dengan TIK. Sampai sekarang sudah diadakan 3 kali yaitu 2005, 2006 (bertempat Bandung) dan 2007 (bertempat di Jakarta).

Konferensi tahun 2007 membahas tentang mengenali hambatan dan menemukan solusi dalam menjamin kesuksesan penerapan TIK Nasional.

Pada tahun 2009 diadakan ASEM ICT Workshop. Pertemuan delegasi dari ASIA EROPA pada tanggal 6-7 Oktober 2009 bertempat di Hotel Melia Yogyakarta.
Semua peristiwa diatas semata-mata hanya untuk meningkatkan perkembangan teknologi informasi pada dunia pendidikan. Upaya yang dilakukan pemerintah dengan program yang dirancang sudah cukup baik tetapi implementasinya kurang pada kenyataannya terutama pada tenaga pengajar yang kurang kompeten pada bidang teknologi informasi dan fasilitas atau sarana yang kurang ditunjang sehingga pengembangan teknologi informasi di sekolah – sekolah tidak merata dan kurang maksimal.

3. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dalam Dunia Sekolah
Deklarasi SEAMEO Regional Cooperation on Quality and Equity in Education pada SEAMEO Council Conference di bulan Maret 2002 di Chiang Mai, Thailand yang ditandatangani sepuluh menteri pendidikan se-Asia Tenggara. Deklarasi tersebut menjadi awal permulaan penerapan teknologi pendidikan yang dikenal dengan istilah Teknologi Komunikasi dan Informasi (Information and Communication Technology/ICT), hal ini dilatar belakangi oleh kemajuan perkembangan teknologi informasi khususnya internet dalam bidang pendidikan terutama pada sekolah di daerah Asia Tenggara yang dimulai sejak tahun 2000 hingga sekarang. Deklarasi tersebut merupakan cara yang strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan serta memperluas kesempatan belajar bagi semua peserta didik yang dapat dilakukan tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Dalam UU No.2 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan IPTEK serta jenjang masing-masing satuan pendidikan. Dengan dasar hukum yang sudah jelas tertera yang mengimplikasikan bahwa dalam pendidikan formal(sekolah) haruslah melibatkan perkembangan IPTEK yaitu pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dimulai dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaharui cara penyampaian yang menarik dalam belajar.

Pada tahun 2004 Depdiknas memasukan materi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum KBK, pemerintah memiliki tujuan agar siswa dapat menggunakan ICT dengan benar dan tepat dan dapat mengoprasikannya. Hal ini secara tidak langsung dapat memberikan bekal kepada siswa dalam menghadapi tantangan zaman, mengembangkan potensi dirinya, bersikap inisiatif, dan kreatif.
ICT dianggap penting karena ilmu ICT bersifat universal dan modern sehingga pembekalan untuk menciptakan sumber daya manusia yang produktif harus menguasai ICT dan bahasa Internasional.

4. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau sering disebut ICT (Information and Communication Technology) menghadirkan tantangan baru bagi praktisi bimbingan dan konseling. Teknologi informasi dan komunikasi lebih cenderung pada eksploitasi peran dan fungsi dari Teknologi Komputer. Berbicara ICT berarti berbicara komputer baik pemanfaatannya, peran dan fungsinya dalam kehidupan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya relevansi yang harus dilakukan oleh para prkatisi Bimbingan dan Konseling untuk menjawab tantangan ini.

Pada Standar Kompetensi Konselor Indonesia telah mengamanatkan kepada para konselor untuk menguasai teknologi informasi untuk kepentingan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Keterampilan konselor atau praktisi bimbingan dan konseling dalam menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, merupakan salah satu wujud profesionalitas kerja konselor dalam pelaksanaan program layanan.. Information and Communication Technology (ICT) merupakan salah satu pendorong terjadinya globalisasi, karena itu penguasaan teknologi komunikasi dan informasi merupakan hal yang ‘mutlak’ harus dicapai. Teknologi informasi dan komunikasi menyampaikan informasi dalam bentuk teks, grafik, audio dan dalam format video. Selain itu ICT juga membantu individu maupun kelompok untuk dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dan relatif murah. Khususnya hal yang paling potensial dalam ICT yaitu memberikan kesempatan kepada individu untuk berkomunikasi lebih baik dengan menggunakan informasi yang mereka terima. Membuat lingkaran yang berkesinambungan, dimana informasi mendorong komunikasi dan komunikasi mendorong informasi berikutnya dan seterusnya. Aziz Wahab mengemukakan, bahwa paling tidak terdapat empat alasan mengapa perlu menggunakan ICT, yaitu:
1) Informasi yang disimpan secara elektronik memiliki fleksibelitas dalam mengakses dan memanfaatkannya,
2) Komputer merupakan alat yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengelola informasi,
3) Memudahkan para pengambil keputusan dalam mendapat informasi yang diperlukan,
4) Komputer sebagai alat untuk memproses informasi, memiliki tingkat aplikasi dalam setiap langkah manajemen
Dengan kemajuan teknologi komunikasi, konseling dapat dilakukan tanpa tatap muka, atau pertemuan langsung antara konselor dan klien. Konseling dapat dilakukan secara jarak jauh, diantaranya melalui:
1) Internet.
2) Telepon.
3) Video phone.
4) Radio dan televisi.
5) Surat magnetik. .
Menurut Handarini (2006), menyatakan bahwa teknologi dan internet dapat diterapkan dalam layanan bimbingan konseling, yaitu: a) layanan appraisal, b) layanan informasi, c) layanan Konseling, d) layanan konsultasi, e) layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut dan f) layanan evaluasi.
a) Pada layanan appraisal yang merupakan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang berupa pengumpulan, analisa, dan pengumpulan data personal, psikologis, sosial siswa; yang berguna untuk memahami siswa dan membantu siswa memahami dirinya sendiri. Teknologi yang dapat diterapkan pada teknik testing dan non testing menggunakan computer dan internet.
b) Layanan informasi yang merupakan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa bagaimana mencari informasi (personal-sosial, karier, pendidikan). Teknologi yang dapat diterakan yaitu self-initiated information searching dengan menggunakan internet.
c) Layanan konseling yang merupakan kegiatan layanan yang bertujuan untuk memfasilitasi self-understanding dan self-development, yang dilakukan dengan cara “dyadic relationship” atau small group relationship. Fokus kegiatan ini adalah personal development dan decision making. Teknologi yang dapat diterapkan adalah cybercounseling.
d) Layanan konsultasi yaitu layanan bantuan yang diberikan kepada guru, administrator sekolah, dan orang tua untuk memahami siswa atau anak. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu cyber consultation.
e) Layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang bertujuan untuk membantu siswa memilih dan menggunakan kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang ada. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu computerized self information dan internet.
f) Layanan evaluasi merupakan kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan program. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu computerized-data collection, computerized assessment, dan internet.


Referensi :
Fitra, Adriyan. (2010). “Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi”. [Online] Tersedia di : http://debuh.com/berita-uncategorized
Prayukti, Dwistha. (2010). “Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi”.[Online] Tersedia di : http://blog.its.ac.id/dwistha
Marlina, Euis.(2009).”Perkembangan Teknologi Informasi”. [Online] Tersedia di : http://euismarlina.edublogs.org
Suharmawan, Wahid. (2011).”Implikasi Perkembangan Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling”.[Online] Tersedia di : http://konselorindonesia.blogspot.com

URGENSI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

URGENSI TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI) adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, meliputi: memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Pengertian tersebut berdasarkan pendapat dari Haag dan Keen, Martin, dan Williams dan Sawyer.
B. Pengertian Urgensi
Secara etimologi kata urgensi berasal dari Bahasa Latin, yaitu “urgere” yang merupakan kata kerja dan artinya sesuatu yang mendorong atau memaksa untuk diselesaikan. Kata urgensi juga berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “urgent” yang merupakan kata sifat dan dalam Bahasa Indonesia “urgensi” merupakan kata benda.
Secara terminologi, urgensi merupakan sesuatu yang penting yang harus segera diselesaikan, apabila hal tersebut tidak dilakukan akan menghambat atau membuat hal yang urgen/penting itu tidak terlaksana dengan baik.
C. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pendapat Rochman Natawidjaja mengenai bimbingan dan ASCA mengenai konseling, disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan upaya bantuan yang proaktif dan sistematik oleh konselor dalam memfasilitasi individu untuk membantu mengoptimalkan perkembangan dalam kehidupannya serta membimbing individu agar mengetahui atau mengerti dirinya sendiri, mengarahkan, merealisasi, mengembangkan potensi, serta mengaktualisasi dirinya sendiri dan juga menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
D. Urgensi TI dalam BK
Era globalisasi yang sangat berkaitan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK berkaitan erat dengan kemajuannya teknologi dan informasi. TI mempermudah berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dengan kemajuan TI, maka seluruh aspek kehidupan menyesuaikan dengan kemajuan zaman. TI juga dimasukan sebagai mata pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi karena TI mampu meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). TI menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimiliki individu.
BK juga memerlukan suatu penyesuaian dengan kemajuan, yaitu dengan penerapan aplikasi TI. Dengan demikian, konselor dituntut untuk dapat terlatih menggunakan media teknologi dalam penggunaan dan penerapan layanan BK di dalam pendidikan formal. BK juga harus berkolaborasi dengan dunia teknologi dalam menghadapi dan mempertahankan keberadaan dan eksistensi BK pada pendidikan formal maupun masyarakat.
BK dapat berfungsi sebagai pembimbing untuk mencegah penyalahgunaan TI yang akan dilakukan individu. Adapun beberapa fungsi TI lainnya dalam BK, yaitu publikasi, pelayanan dan bantuan, dan pendidikan. Kedudukan TI dalam BK berada pada layanan dukungan sistem.
Urgensi TI dalam BK, TI dapat dijadikan sebagai metode untuk meningkatkan skill konselor dalam memberikan layanan sehingga siswa tidak merasa bosan, sebagai sarana-prasarana dukungan sistem terhadap pengembangan media layanan BK, sebagai pemenuhan waktu dalam memberikan layanan, dan membantu konseli dalam pemenuhan kebutuhan informasi.


REFERENSI
Shanni, Loula Al Jieshiyah., dkk. (2011). “Urgensi TI dalam BK”. Makalah pada Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI, Bandung.

URGENSI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

URGENSI TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin maju dan canggih maka dibutuhkan kemampuan untuk dapat bersaing dengan masyarakat dunia pada era globalisasi. Hal ini menuntut individu yang berperan sebagai pencipta dan pelaksana serta objek dari era globalisasi untuk dapat mengikuti dan bersaing dengan perkembangan zaman. Era tersebut sangat berkaitan pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat dalam berbagai kehidupan dan membuat individu sangat bergantung dengan Teknologi. Menurut Dryden dan Voss (Caesar, 2010) “Pengertian Teknologi Informasi dalam era informasi, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu.”.

Perkembangan IPTEK sangat berkaitan dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) pada berbagai segi kehidupan khususnya dalam dunia pendidikan formal. Kebutuhan pendidikan yang semakin dituntut untuk bergerak dinamis atau berkembang cepat untuk mengejar kemajuan era yang semakin canggih tersebut merupakan alasan bagi ranah pendidikan untuk mengembangkan TI dalam setiap pelaksanaan pendidikan.

Pada pembukaan UUD 1945, pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk melahirkan generasi muda yang produktif. Individu yang produktif merupakan indikasi bahwa individu tersebut mengembangkan potensinya secara optimal, dapat menyelesaikan masalah dengan baik, dapat menyesuaikan diri sesuai norma yang berlaku, memiliki karakter yang baik dan kuat serta sehat, kreatif, memiliki wawasan yang luas dan intelegensi yang tinggi. Sedangkan untuk menghasilkan individu yang ideal bukan hanya sekedar mentransfer ilmu melainkan juga dengan pengembangan potensi individu tersebut, hal ini sesuai mengingat pengertian dari Bimbingan dan Konseling (BK) yang merupakan proses bantuan terhadap individu secara sistematis atau berkesinambungan agar individu dapat mecapai perkembangan yang optimal. Oleh sebab itu, BK diperlukan dalam pencapaian tujuan pendidikan formal sebagai salah satu fasilitas peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Sejalan dengan perkembangan TI pada dunia pendidikan, maka layanan BK juga seharusnya memanfaatkan perkembangan TI yang ada karena BK merupakan bagian yang terintegrasi dari komponen pendidikan formal. BK perlu menyesuaikan dengan kemajuan pada dunia pendidikan yaitu dengan menerapkan aplikasi teknologi informasi dalam layanannya agar mempermudah pada manajemen layanan BK, penyimpanan, pengolahan, dan pemeliharaan data. Dinamika kehidupan yang bergerak tajam, kebutuhan informasi yang terbaru dan saat itu juga, dapat menjadi alasan urgensi TI dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Menurut Yoezron (2010) “Penggunaan media teknologi yang mutakhir akan senantiasa merubah gaya serta penerapan bimbingan dan konseling yang konvensional.”. Layanan BK yang disajikan secara konvensional semakin hari akan semakin ditinggalkan konseli. Jika demikian, maka BK harus mengupayakan layanan BK yang menggunakan teknologi agar layanan yang diberikan akan lebih efisien dan efektif. Konseli pun tidak harus bertatap muka langsung dengan konselor jika konseli tersebut berbeda jarak dan waktu yang tidak tersedia. Pemanfaatan media TI dalam BK tetap bertujuan untuk memberikan pelayanan bagi konseli tetapi dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, tidak terbatas tempat, dan waktu. Hal ini dapat mempermudah komunikasi antara konseli dengan konselor. Walaupun demikian, pelayanan ini juga harus tetap memperhatikan dan melaksanakan azas – azas dan kode etik dalam Bimbingan dan Konseling.

Penerapan TI dalam layanan BK salah satunya pada penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan system, yaitu hal - hal yang dapat mendukung jalannya suatu layanan BK pada pendidikan formal seperti sarana - prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, dan visi-misi sekolah.

Sarana-prasarana yang merupakan salah satu dukungan sistem layanan BK, pada saat era globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut dunia BK untuk menyesuaikan dengan lingkungan agar memenuhi kebutuhan masyarakat. Dampak positifnya adalah semakin mudahnya interaksi antara konselor dengan kliennya,yang tidak harus bertatap muka dalam pelaksanaan proses bimbingan dan konseling. Teknologi informasi juga memudahkan klien untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan up to date. Walaupun kenyataannya, konselor dan tenaga pendidik lainnya masih banyak yang buta akan teknologi seperti internet. Padahal internet merupakan media yang efektif dalam proses layanan Bimbingan dan Konseling. Solusi untuk hal ini, sebaiknya dan seharusnya konselor dan tenaga pendidik lain diberikan sosialisasi tentang penggunaan media TI yang akan mendukung kinerjanya masing – masing.

Teknologi informasi memiliki fungsi dan peranan dalam Bimbingan konseling, yaitu publikasi, pelayanan dan bantuan, pendidikan. Pada publikasi, TI dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengenalan kepada masyarakat dan sebagai pemberi informasi mengenai BK. Pada pelayanan dan bantuan, BK dilakukan secara langsung atau tidak langsung dengan bantuan teknologi informasi. Pada pandidikan, dalam informasi yang diberikan melalui sarana TI mengandung unsur pedidikannya. (Yoezron, 2010)

Menurut Yoezron (2010), layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
1. Konseling melalui Telepon
2. Konseling melalui video-Phone
3. Konseling melalui radio dan televise
4. Konseling berbantuan komputer yaitu Email
5. Konseling melalui internet atau chating
6. Konseling melalui surat disket

Urgensi TI, yaitu:
 Seluruh aspek kehidupan menyesuaikan dengan kemajuan zaman.
 Keterkaitan antara globalisasi, IPTEK, dan informasi.
 BK juga memerlukan suatu penyesuaian dengan kemajuan, yaitu dengan penerapan aplikasi TI.
 Konselor dituntut untuk dapat menggunakan serta terlatih dalam penggunazn dan penerapan BK melalui media teknologi.
 BK berfungsi sebagai pembimbing untuk mencegah penyalahgunaan TI.
 Fungsi TI dalam BK: publikasi, pelayanan dan bantuan, dan pendidikan.
 TI sebagai mata pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
 TI mempermudah berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja dan di mana saja.
 BK harus berkolaborasi dengan dunia teknologi dalam menghadapi dan mempertahankan keberadaan BK.
 Kedudukan TI dalam BK berada di dalam layanan dukungan sistem.
 TIK mampu meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM.
 TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya individu.

Urgensi TI dalam BK, yaitu:
 Sebagai metode untuk meningkatkan skill konselor dalam memberikan layanan sehingga siswa tidak merasa bosan.
 Sebagai sarana-prasarana dukungan sistem terhadap pengembangan media layanan BK.
 Sebagai pemenuhan waktu dalam memberikan layanan.
 Membantu konseli dalam pemenuhan kebutuhan informasi.









Referensi
Yoezron, Isman Rahmani. (2010). Urgensi Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di : http://yoezronbloon.blogspot.com [21 Februari 2010]
Caesar, Arihdya. (2010). Urgensi TI dalam BK. [Online]. Tersedia di : http://arihdyacaesar.wordpress.com [21 Februari 2010]

FUNGSI DAN PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Teknologi Informasi (TI) pada zaman sekarang sudah memasuki dunia pendidikan baik formal maupun semiformal atau pun nonformal. Oleh sebab itu, seluruh bagian yang terintegrasi oleh pendidikan terutama pendidikan formal akan dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan menggunakan teknoloogi. Begitu pula dengan Bimbingan dan Konseling (BK) yang menjadi bagian yang terintegrasi oleh komponen pendidikan formal, dituntut pula menggunakan TI dalam menjalankan program Bimbingan dan Konseling.

Dalam pelaksanaan BK konvensional masih banyak terdapat kendala yang terjadi, seperti jumlah konseli yang terlalu banyak sedangkan jumlah konselor tidak sebanding, terbatasnya waktu yang dimiiki konselor dan konseli untuk melakukan konseling dan layanan BK lainnya, dan rendahnya tingkat profesionalitas konselor yang harus ditingkatkan melalui teknologi. Teknologi dapat membuat kinerja konselor menjadi lebih cepat, mudah, dan tertangani dalam pelayanan BK sehingga konselor akan lebih produktif dan lebih profesional.

TI memiliki fungsi dan peranan dalam Bimbingan dan Konseling. Peranan TI dalam BK sebagai media canggih yang akan mempermudah jalannya suatu pelayanan BK, sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan dan kreatifitas konselor dalam menyajikan layanan BK yang dinamis sehingga konseli tidak merasa jenuh dan menganggap BK ketinggalan zaman, sebagai sebagai alat untuk meningkatkan prestise BK pada masyarakat, sebagai layanan dukungan sistem pada BK agar layanan yang diberikan menjadi lebih efektif dan efesien, sebagai media untuk mempermudah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam kegiatan BK, sebagai media yang dapat meningkatkan produktifitas kinerja konselor, seabagai media yang mempengaruhi program BK yang lebih modern, sebagai media untuk menghilangkan masalah jarak dan waktu yang dialami konselor dan konseli ketika pelayanan BK berlangsung, dan sebagai alat untuk memperkuat kompetisi terhadap profesi lainnya agar BK tidak ditinggalkan oleh konseli.

TI juga memiliki fungsi dalam BK, yaitu membantu konselor dalam mengolah dan menyimpan data konseli secara lebih aman dan data lainnya yang dibutuhkan dalam BK, membantu konselor untuk melakukan cyber counseling, membantu konselor untuk mempublikasikan informasi secara up to date dan lebih luas jangkauannya tanpa harus bertemu secara face to face, membantu konselor dalam melaksanakan program agar lebih efektif dan efesien melalui aplikasi khusus tentang instrumen BK, membantu konselor dalam berkomunikasi dengan konseli dengan lebih mudah, membantu konselor untuk memperoleh data lebih mudah, membantu konselor untuk melaksanakan pendekatan dengan konseli melalui alat komunikasi canggih, membantu konselor dalam melakukan assesmen terhadap konseli khusunya pada Inventori Tugas Perkembangan (ITP) dan Analisis Tugas Perkembangan (ATP) yang sudah dikembangkan, membantu konselor memberikan pelayanan melalui internet.

Walz dan Bleur (Silalahi, 2009) mengemukakan empat kecenderungan yang berhubungan dengan perkembangan komputer dan konseling, bahwa:
• Konselor harus dapat memberikan perhatian besar dan memiliki perencanaan yang tersusun dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu melalui komputer dalam konseling,
• Semakin terjadi interelasi antara fungsi-fungsi konseling sebagai hasil dari teknologi informasi dan komunikasi dengan penggunaan komputer,
• Konselor akan semkain tampak imajinatif, kreatif, dan inovatif ,
• Konselor akan selalu dituntut secara regular untuk mengevaluasi perangkat lunak yang relevan dengan konseling.






DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Meilani. (2009). “Tugas Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling”. ”. Makalah pada Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI, Bandung.
Gaina, Chintia. (2011). Fungsi TI dalam BK. [Online]. Tersedia di : http://fachrugianappb.blogspot.com/2011/02/fungsi-dan-peranan-teknologi-informasi.html [9 Maret 2011]
Admin. (2010). Arsip untuk Peran TI dalam BK. [Online]. Tersedia di : http://bknrfipuny.wordpress.com/category/peran-ti-dalam-bk/ [9 Maret 2010]
Fauziyah, Ismi Resti, dkk. (2011). “Fungsi dan Peranan Teknologi Informasi dalam BK”. Makalah pada Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI, Bandung.

KOMPUTER SEBAGAI SARANA KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING

KOMPUTER SEBAGAI SARANA KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING

Pada era globalisasi, perkembangan Teknologi Informasi (TI) sudah sangat pesat. Persaingan dan kompetisi secara universal dan kejam menuntut manusia untuk senantiasa mengikuti dan menguasai perkembangan zaman. Perkembangan zaman diikuti pula dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Tanpa mengenal tempat, ruang dan waktu dalam sekejap kita dapat mengakses atau mendapatkan informasi walaupun sumber informasi itu sangat jauh jaraknya dengan kita berada.

Ada pepatah kata yang mengatakan bahwa seorang penguasa dunia pada zamannya adalah seorang yang dapat menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Begitu luar biasanya suatu peran dan pengaruh TIK dalam menaklukkan dunia ini. Tidak dapat dipungkiri kebanyakan manusia zaman sekarang yang sangat bergantung terhadap teknologi, mulai dari alat komunikasi hingga media pembelajaran yang menarik dan unik. Hal ini membuat manusia terlena akan kenyamanan teknologi yang ada sehingga manusia zaman sekarang lebih memilih suatu yang mudah dan praktis untuk melaksanakan sesuatu, tetapi tidak ada salahnya jika kita memanfaatkan teknologi dengan benar secara efektif dan efisien tanpa kita diperbudak oleh teknologi.

Teknologi yang sudah memasuki berbagai segi kehidupan termasuk dunia pendidikan. Teknologi pada dunia pendidikan sudah berkembang sejak munculnya NFSNET di Amerika, sedangkan di Indonesia sendiri sejak tahun 1972 didirikannya PUSILKOM pada Universitas Indonesia dan sejak tahun 2004, TIK dimasukan dalam kurikulum pembelajaran dalam pendidikan formal. Hal ini menuntut semua komponen yang terlibat pada dunia pendidikan untuk menguasai teknologi. Teknologi yang sekarang sangat berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu komputer dan komputer yang berbasis internet.

Bimbingan dan Konseling yang merupakan bagian yang terintegrasi oleh pendidikan formal maka dituntut pula untuk menguasai teknologi terutama komputer dan komputer berbasis internet. Komputer merupakan alat teknologi yang tercanggih hingga saat ini. Menurut Gausel (Hurairah, 2009) ‘bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan dan konseling pendidikan’. Menurut Bahari, dkk (2011) “komputer adalah serangkaian ataupun sekelompok mesin elektronik yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komponen yang dapat saling bekerja sama, serta membentuk sebuah sistem kerja yang rapi dan teliti”.

Dari definisi komputer tersebut maka merupakan satu kesatuan komponen yang biasa disebut perangkat keras (hardware). Komponen ini menjalankan fungsi masing – masing yang akan menjalankan sebuah komputer, bukan hanya hardware saja yang berperan dalam menjalankan komputer tetapi perangkat lunak (software) juga berperan penting untuk membuat komputer dapat digunakan. Aplikasi atau program yang terdapat pada komputer merupakan perangkat lunaknya.

Penggunaan fungsi komputer juga dipengaruhi oleh penggunanya, yaitu manusia sebagai pengguna fitur-fitur yang terdapat pada komputer agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Pengguna komputer biasa disebut dengan brainware. Ketika salah satu antara software, hardware dan brainware yang berkerja kurang baik maka hasil yang didapatkan dalam penggunaan komputer akan kurang baik atau rusak. Jadi, software, hardware, dan brainware merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dalam menjalankan suatu teknologi komputer yang akan menentukan hasil dari penggunaan komputer.

Konselor sebagai brainware dalam penggunaan komputer, maka konselor dituntut untuk menguasai komputer sekurang-kurangnya tentang penggunaan software dalam komputer. Dengan menguasai komputer dan komputer berbasis internet, konselor dapat mempermudah perkerjaan profesinya.

Dalam mengolah data konselor juga perlu menggunakan komputer untuk memasukan, mengolah, dan menyimpan data konseli dan data lainnya sebagai pendukung jalannya suatu layanan Bimbingan dan Konseling. Komputer dapat membantu konselor dalam melakukan assesmen terhadap proses konseling, seperti ITP (Inventori Tugas Perkembangan) dan ATP (Analisis Tugas Perkembangan).

Pada layanan konseling juga terdapat teknologi komputer yang berbasis internet untuk malakukan konseling dengan konseli. Cyber Counseling, E–counseling, chatting, videocall, dan voice call merupakan bentuk aplikasi yang dapat membantu konselor dalam proses konseling. Aplikasi ini juga merupakan proses pemberian bantuan juga tetapi dengan cara yang lebih modern selain melakukan pertemuan dengan konseli secara langsung. Aplikasi yang mempermudah jalannya konseling ini merupakan cara yang baru dalam berkomunikasi secara lebih mudah dengan konseli, tetapi konseling yang menggunakan teknologi ini bukan berarti menggantikan cara konseling konvensional (face to face). Hanya saja ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi kendala yang sering menjadi hambatan bagi proses konseling konvensional, seperti masalah waktu yang tidak tersedia dan jarak yang memisahkan.

Ada pula Computer Assisted Counseling (CAC), yaitu software atau aplikasi konseling mandiri yang membantu konseli untuk mudah mendapatkan penyelesaian masalah yang dialami meskipun tidak perlu bertemu dengan konselor. Walaupun demikian, tetap saja konseling yang dilakukan secara face to face lebih mengena dan CAC tidak dapat menggantikan fungsi dari konseling konvensional itu sendiri, CAC hanya mengambil sedikit peran konseling konvensional agar bertambah efektif dan efesien. Jika konseli berada dalam keadaan darurat dan tidak ada konselor pada saat itu maka CAC dapat berperan dalam membantu konseli.

Dengan internet juga konselor dapat berkomunikasi sesama konselor, dapat mencari informasi dan menyebarkannya dengan cepat dan mudah, dapat mengetahui perkembangan zaman dan pergaulan konseli (peserta didik), dapat melakukan pendekatan terhadap konseli (peserta didik).
Jadi, komputer merupakan sarana kerja BK yang cukup efektif dan penting. Mulai dari pengolahan data hingga melakukan cyber counseling dapat dilakukan jika konselor dapat menguasai komputer dan komputer berbasis internet.


DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad. (2010). Stategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/ [8 Maret 2011]
Bahari, Nandi S, dkk. (2011). “Komputer Sebagai Sarana Kerja Bimbingan dan Konseling”. Makalah pada Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI, Bandung.
Hurairah, Ummu. (2009). Komputer Sebagai Sarana Kerja Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di : http://theboxoflifetheboxofeducation.blogspot.com/2009/11/komputer-sebagai-sarana-kerja-bimbingan.html [8 Maret 2011]