bingkisan dari sang pemilik kehidupan

Sabtu, 12 Maret 2011

SEJARAH TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA RANAH PENDIDIKAN FORMAL

A. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi (2006), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Era globalisasi mendorong perkembangan TI dalam berbagai kehidupan, seperti dalam konteks Bimbingan dan Konseling (BK). Perkembangan TI memiliki konsep borderless, yaitu tidak ada jarak antara dunia atau tidak ada batasan.
TIK mencangkup dua aspek pengertian, yaitu:
1. Teknologi Informasi (TI) adalah segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2. Teknologi Komunikasi (TK) adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya.

B. Sejarah Perkembangan TIK
Menurut Budi Raharjo (2000:1), NFSNET merupakan internet yang muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam lingkungan akademis dan dengan munculnya NFSNET, internet pada lingkungan akademis semakin berkembang. Di Indonesia, TI berkembang pada dunia pendidikan dimunculkan pertama kali oleh Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Menurut Abdul Kadir (2004:24) bahwa awal mulanya TI masuk dalam dunia pendidikan di Indonesia dan media yang digunakan pada sistem pengajaran, yaitu berbasis multimedia yang mencangkup teks, gambar, suara, dan video. Media tersebut dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton dan mudah tersampaikan kepada peserta didik. Pada tahun 2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memasukan mata pelajaran TIK dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan TIK dalam konteks pendidikan sudah mulai didukung oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Serangkaian Revolusi Belajar dalam Teknologi Pembelajaran, antara lain:
1. Revolusi I (pertama)
Pada revolusi ini, pembelajaran yang dilakukan hanya bermaksud untuk menitipkan anak kepada guru ketika orang tua sedang sibuk untuk bekerja.
2. Revolusi II (ke-dua)
Pada revolusi ini, tulisan yang merupakan simbol dari suatu makna tertentu dimasukan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan sudah untuk mengajarkan anak mengenai tulisan dan diajarkan menulis.
3. Revolusi III (ke-tiga)
Pada revolusi ini, pembelajaran dilakukan sudah menggunakan buku cetak untuk proses pembelajaran, yaitu dikenal dengan teknologi cetak dan sudah terdapat buku-buku inpress. Jadi, seorang guru tidak selalu membacakan atau mendiktekan tentang pelajaran yang akan diajarkan kepada anak.
4. Revolusi IV (ke-empat)
Pada revolusi ini, lebih terkenal dengan teknologi elektronik. Dalam revolusi ini terjadi perubahan teknologi pembelajaran yang sangat pesat dan maju dibandingkan dengan revolusi yang lainnya. Pembelajaran yang dilakukan sudah berbasis Information and Communication Technology (ICT). Pada revolusi ini merubah hampir seluruh tatanan kehidupan manusia.
Perkembangan TIK dalam dunia pendidikan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Perkembangan Infarastruktur TIK Di Indonesia
Program TIK yang dilaksanakan oleh Depdiknas dimulai pada tahun 1999 melalui:
a. Jaringan Internet (Jarnet)
b. Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
c. Wide Area Network (WAN)
d. Informasi And Communication Technology Center (ICT Center)
e. Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
f. South East Asia Education Network (SEA EduNet)

2. Perkembangan TIK dalam Pembelajaran di sekolah
Menurut Rosenberg (2001) mengenai perkembangan TIK dalam proses pembelajaran, dapat disampaikan bahwa dengan berkembangnya pengunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Dari pelatihan ke penampilan
b. Dari ruang kelas menuju kepada dimana dan kapan saja (belajar yang tidak terbatas oleh waktu dan tempat)
c. Dari kertas menuju online atau saluran
d. Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja (network)
e. Dari waktu siklus ke waktu nyata (real-time)

C. Dampak dari Perkembangan TIK
Perkembangan TIK mengubah peranan guru dan siswa. Dahulu guru berperan lebih sebagai figur yang merupakan satu-satunya sumber ilmu di dalam kelas, dengan berkembangnya TIK maka siswa pun juga dapat menjadi sosok yang lebih berwawasan luas. Untuk lebih jelas antara perbedaan peranan guru dan siswa sebelum dan setelah adanya TIK, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.
Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
Peran guru Menyampaian fakta, sebagai ahli Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai ahli
Penekanan pengajaran Mengingat fakta Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara kuantitas Tranformasi fakat-fakta
Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Portofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi

Pada era berkembang pesatnya teknologi, hal yang paling mutakhir, yaitu berkembangnya “cyber teaching” atau pengajaran maya. Cyber Teaching merupakan proses pengajaran atau pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang semakin populer saat ini ialah e-learning, yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khusunya internet.
Menurut Rosenberg (2001:28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu:
1. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi materi ajar atau informasi
2. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar
3. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas dibalik paradigma pembelajaran tradisional

D. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam konteks Bimbingan Konseling
ICN (Internasional Counselor Network), yaitu jejaring yang memungkinkan para konselor di seluruh dunia dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya dan berdiri pada tahun 1993. Tokoh konselor sekolah Ellen Rust (1995) berpengaruh terhadap penggunaan internet di sekolah. Inisiasi dan kretifitasnya membawa para konselor untuk bersama dan mengurangi kesenjangan antara yang satu dengan yang lain. Para konselor dapat melakukan konseling secara online, yang tidak dibatasi oleh ruang, tempat, dan waktu, dengan begitu para siswa, orang tua maupun guru bisa mendapatkan bantuan konselor.

Bentuk perencanaan pengembangan BK, baik di Sekolah Dasar sampai Sekolah Tinggi:
1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara kepala sekolah, guru, komite sekolah
2. Pembentukan komite teknologi yang mandiri
3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dari jaringan yang sudah dimiliki
4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.
5. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan stafnya
6. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi
Pengaruh TIK terhadap BK :
1. Kemajuan TIK merupakan tantangan dalam semua aspek kehidupan
2. Inovasi TIK berpengaruh terhadap konselor dalam semua tingkatan prakteknya
3. Pada tahun 1980-an perangkat komputer telah masuk dunia persekolahan
4. Banyak orang-orang persekolahan, tidak terkecuali konselor, berharap besar dengan penggunaan TI(K) dapat membantu memanajemen data siswa, merencanakan program-program pelayanan, dan pembuatan jadwal pelayanan di kelas, sehingga memberi kebebasan ruang, tempat, dan waktu pelayanan efektif dan efisien kepada para siswa
Manajemen informasi dan pengolahan data terdapat pada bagan di bawah ini:




Owen tahun 1999 melakukan penilitian terhadap konselor di SD, SMP , dan SMA
1. Hampir 98% konselor telah memanfaatkan bantuan seperti komputer dalam pekerjaan mereka
2. Konselor SMP dan SMA lebih signifikan menggunakan komouter dari pada konselor SD
3. Tujuan untuk mengifisienkan waktu dalam mengolah kata, menyimpan catatan, dan menjdwalkan semua yang berhubungan dengan pelayanan BK
4. Implikasi: perlu berbagai pelatihan bagi konselor sekolah agar konselor lebih profesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar